Senin, 17 November 2008

BANDUNG, KOTA KREATIF DI ASIA PASIFIK


Sebagai kota yang dihuni sekitar 60 persen kalangan muda berusia di bawah 40 tahun dan tempat berkembangnya banyak peguruan tinggi, industri kreatif di Kota Bandung bertumbuh pesat. Melihat potensi industri kreatif Bandung yang menjanjikan, British Council menunjuk Kota Bandung sebagai salah satu kota kreatif di wilayah Asia Pasifik.

Dalam rangka memperkenalkan industri kreatif Bandung di dunia internasional, Pemerintah Kota Bandung bekerjasama dengan British Council, Bandung Creative City Forum, serta Forum Event Bandung di sepanjang bulan Agustus 2008 menyelenggarakan Helar Festival, Bandung Creative Month yang terdiri dari 25 acara kreatif bertaraf internasional.

Dalam acara tersebut, berbagai acara kreatif diselenggarakan, antara lain pameran karya seni rupa, open house galeri, pameran distro, opera di hutan, serta pameran galeri barang bekas di bawah jembatan.

Berbagai pelaku bisnis kreatif dari berbagai negara, seperti Taiwan, Thailand, Singapura, India, Inggris, dan Australia akan turus serta dalam acara tersebut. Dengan acara ini, Kota Bandung diharapkan memiliki jaringan bisnis ekonomi kreatif dengan berbagai kota-kota penghasil industri kreatif di dunia.

Sebelumnya, pada pertemuan internasional kota berbasis ekonomi kreatif, yang dilaksanakan di Yokohama Jepang pada akhir Juli 2007, Bandung memperoleh penghargaan sekaligus tantangan, dengan terpilih sebagai projek rintisan (pilot project) kota kreatif se-Asia Timur.

Pemilihan Bandung sebagai kota percontohan bukanlah tanpa alasan, mengingat dalam 10 tahun terakhir, industri kreatif di Bandung menunjukkan perkembangan signifikan dan memengaruhi tren anak muda di berbagai kota. Perkembangan tersebut menjadi daya tarik bagi para pelaku ekonomi kreatif di dunia, sehingga melalui projek percontohan ini, Bandung diharapkan mampu memopulerkan semangat kota kreatif di dunia global.

Bersamaan dengan HelarFest sebanyak 80 pakar industri kreatif dari 16 negara mengelar pertemuan di Institut Teknologi Bandung. Mereka mempresentasikan pemikiran mereka tentang industri kreatif dan prospek Bandung sebagai kota kreatif se Asia Timur dalam Konferensi Internasional Artepolis 2. Pertemuan ini adalah yang kedua setelah pertemuan serupa tahun 2006.

Berbeda dengan pertemuan pertama tahun 2006 yang membawa misi munculnya berbagai komunitas kreatif di Bandung, pertemuan yang bertema “Komunitas Kreatif dan Pemaknaan Tempat: Berbagi Pengalaman Kreatif” membawa misi mendorong pelaku-pelaku komunitas kreatif melakukan aksinya.

Jika tahun 2006 Arte-Polis digelar oleh Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB, tahun ini pertemuan ini menggandeng Sekolah Bisnis dan Manajemen, Pusat Penelitian Seni Rupa dan Desain (PP-SRD), Pusat Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi (PP-TIK), Pusat Studi Urban Desain (PSUD) juga pemerintah seperti dinas perindustrian dan perdagangan. Acara ini juga 1 dari 31 rangkaian event Helarfest 2008 yang digagas Bandung Creative City Forum (BCCF).

Pertemuan Arte-Polis 2 menghadirkan pembicara kunci pakar internasional dan direktur KOMEDIA Charles Landry. Pria asal Inggris ini adalah penulis buku The Creative City : A Toolkit for Urban Innovators dan The Art Of City Making. Dari Indonesia adalah Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu.

Hadir juga pembicara utama Lily Kong, Direktur Asia Research Institute dari National University of Singapore, Masayuki Sasaki, professor Urban dan Ekonomi Kultural yang juga Direktur Urban Riset Jepang, John Newbigin, pakar kota kreatif dari Inggris serta Dr. Yasraf Piliang, Dr. Armein Langi dan Dr. Dwi Larso dari Indonesia.

Di luar acara itu, ada Konferensi Internasional dan Desain Charrette yang berlangsung hingga 10 Agustus 2008. Di event ini, para peserta dari dalam dan luar negeri berkolaborasi dalam satu sesi penciptaan di bawah flyover Jembatan Pasopati. Hasil desain ini diserahkan ke Pemerintah Kota Bandung sebagai persembahan dari warga dunia dan Indonesia bagi masyarakat Bandung.

Industri kreatif di Bandung memiliki kondisi yang berbeda dengan negara maju di Eropa dan Amerika. Di Eropa, industri kreatif muncul karena indusri manufakturnya sudah mengalami penurunan sehingga mereka mencari alternatif industri yang baru.

Di Indonesia, berbeda karena berangkat dari potensi yang ada. Banyak komunitas kreatif di masyarakat yang belum diangkat menjadi industri dan mendorong perekonomian. Jadi bukan karena industri manufaktur yang runtuh, tapi banyak potensi ekonomi rakyat yang belum diberdayakan atau belum diberi kesempatan.

Karena komunitas menjadi isu sentral, pertemuan ini bisa mengungkap komunitas industri yang ada di Bandung. Komunitas kreatif yang tumbuh subur di Bandung berbasis pada orang yang bertalenta. Jelas membedakan dengan industri kreatif negara maju yang berbasis orang berpendidikan.

Pada dasarnya, Bandung bisa diklaim sebagai kota yang sudah memiliki banyak potensi dan paling siap dalam merespons gelombang ekonomi. Hal ini karena potensi yang dimiliki Bandung belum tergali secara maksimal. Talenta muda yang berlimpah, jumlah perguruan tinggi yang mencapai 50, kemudahan mengakses teknologi, dan karakteristik masyarakat yang terbuka akan perbedaan dan perubahan, mampu memacu dan mendukung generasi mudanya untuk lebih berkreasi dan terjun ke dunia usaha.

Hanya saja saat ini belum ada langkah strategis dan politis dari pemerintah kota untuk menjadikan Bandung sebagai pemain utama dalam persaingan global di sektor ekonomi kreatif. Dibutuhkan dukungan penuh dari pemkot, seperti pemberian izin menyelenggarakan acara dan penyediaan creative center yang bisa difungsikan untuk mendukung kreativitas kota ini.

Selain itu, diperlukan ruang publik dan infrastruktur fisik kota yang berkualitas. Perencanaan dan perancangan kota yang inovatif dan responsif akan menjadi peluang pembangunan ekonomi.

Wali Kota Bandung Dada Rosada mengatakan, untuk saat ini yang diperlukan adalah implementasi dan tindakan nyata. Bukan sekadar usulan atau berhenti pada tataran konsep. Oleh karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung akan mengeluarkan Surat Keputusan Wali Kota mengenai pembentukan tim yang menangani projek BCC.

Sumber : TEMPO Interaktif

Tidak ada komentar: