Minggu, 23 November 2008

MENYEMAI TOLERANSI, MENGEMBANGKAN EKONOMI KREATIF


Ekonomi kreatif, tulis John Howkins dalam The Creative Economy: How People Make Money from Ideas (2001), adalah sebuah analisis komprehensif tentang ekonomi baru yang didasarkan pada masyarakat kreatif, industri kreatif, dan kota kreatif. Lima tahun setelah buku Howkins terbit, Richard Florida dkk meluncurkan karya serupa berjudul The University and the Creative Economy (2006). Buku ini menekankan pentingnya peran universitas sebagai penyemai nilai-nilai toleransi yang bermanfaat bagi pengembangan ekonomi kreatif. Begitu urgennya kreatifitas, Florida dengan tegas memaklumkan, bahwa kelas kreatif baru telah menjadi kelas dominan dalam masyarakat Amerika.

Esensi Toleransi

Dalam perspektif ekonomi kreatif, toleransi dipahami sebagai kesediaan secara sadar, cerdas, dan terbuka untuk menerima masukan, saran, ide, bahkan perbedaan terutama yang berkaitan dengan rancang bangun dan disain sebuah produk ekonomi. Menurut Florida, toleransi berarti menjadi terbuka terhadap perbedaan keberagaman manusia dan ide. Masih dari sudut pandang ekonomi kreatif, toleransi mencakup pula kehendak secara sadar untuk memberikan atensi atau perhatian dan empati kepada gagasan atau ide yang datang dari luar meskipun tidak harus menerimanya. Sebagaimana dikatakan Davenport dan Beck, bahwa pengelolaan pengertian dan atensi kini telah menjadi faktor determinan bagi keberhasilan usaha.

Mengapa toleransi penting bagi pengembangan ekonomi kreatif? Jawabnya ada dua. Pertama, karena toleransi membuka kemungkinan seluas-luasnya bagi masuknya gagasan, pikiran, disain atau rancang-bangun baru yang bernilai ekonomi dari luar. Ini sangat penting bagi pengembangan ekonomi kreatif karena mendorong lahirnya kreasi-kreasi, disain, dan produk baru. Kedua, karena ekonomi kreatif itu sendiri memandang kekuatan kreativitas manusia sebagai kendaraan yang membawa pada pencapaian tujuan. Dengan toleransi, kreativitas yang diperoleh dari hasil olah pikir manusia dapat diperbarui secara terus-menerus. Dan, pembaruan hanya bisa terjadi jika terbuka pintu seluas-luasnya bagi masuknya nilai-nilai positif dari luar.

Dengan diberikannya tempat terhormat bagi toleransi dalam ekonomi kreatif, maka dengan sendirinya ekonomi kreatif menutup diri bagi masuknya faham in the making, sebab dengan faham ini, sebuah kreasi tangan-tangan terampil akan berhenti menjadi wacana bahkan tertutup bagi masuknya ide atau disain dari luar ketika ia telah mencapai fase sebagai sebuah produk kreatifitas. Dengan menolak faham in the making, tercipta sebuah konsensus bahwa pintu toleransi dalam berkreasi menciptakan beragam produk bernilai ekonomi harus tetap dibuka lebar-lebar. Konsensus ini sekaligus menegaskan bahwa toleransi merupakan aspek terpenting pendorong kreatifitas yang tak dapat disepelekan segitu saja.

Mungkin dapat dikatakan, toleransi telah menjadikan ekonomi kreatif sebagai "ruang publik" dalam pengertiannya yang terbatas karena di dalamnya aneka kreasi, gagasan, dan rancang bangun dari berbagai kalangan dipertemukan guna menciptakan sinergi positif demi terwujudnya produk ekonomi kreatif berkualitas tinggi.

Peran Universitas

Universitas atau perguruan tinggi tidak hanya memiliki mekanisme yang membantu pengembangan ekosistem inovasi, tetapi juga berkontribusi pada penggemblengan talenta dan mempromosikan toleransi dan keberagaman. Ahli sejarah ekonomi Joel Mokyr dan pakar psikologi sosial Simonton mencatat, bahwa seluruh masyarakat, sepanjang sejarah, cenderung berkembang pesat ketika mereka terbuka dan selektif memilih yang terbaik (eclectic). Sebaliknya, mereka mengalami stagnasi sepanjang periode mereka memutuskan untuk memencilkan diri dan bertahan pada kejumudan, seperti yang dialami China, Jepang, dan negara-negara Muslim Timteng di masa lalu. Sejumlah studi menunjukkan, bahwa orang-orang berbakat dan kreatif menyukai keberagaman sosial dan opsi-opsi budaya. Keterbukaan pada ide atau menjadi kreatif adalah puncak tertinggi dari talent attraction dan kesuksesan ekonomi.

Universitas, menurut Florida, mencatat sejarah panjang sebagai pusat keberagaman dan toleransi. Universitas dan masyarakat universitas bahkan telah lama menjadi tempat yang menjamin kebebasan berbicara, berekspresi, melakukan aktivitas politik, dan tempat di mana warganya dapat dengan bebas mengembangkan ide-ide yang berbeda sekalipun. Selain itu, universitas juga merupakan lembaga formal dari mana nilai keberagaman dan efeknya pada keberagaman dan toleransi menyebar keluar dari ruang kelas dan laboratorium. Dengan menciptakan lingkungan sosial keterbukaan dan norma meritokratik, universitas telah membentuk atmosfer yang kondusif memacu pengembangan ekonomi kreatif.

Bagi Indonesia, selain diperlukan menjaga integrasi nasional bagi bangsa yang superplural ini, toleransi juga merupakan unsur terpenting bagi pengembangan ekonomi kreatif. Untuk itu, seluruh perguruan tinggi harus didorong agar mengambil peran lebih aktif dan konstruktif.

Malik Ruslan, Peneliti dan penulis. Associate editor Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta

Jurnal Nasional, 24 Nov 2008

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Lucky Club Casino Site 2021 - Lucky Club
Lucky Club Casino, operated by the well-known operator of slots, live dealer casino, poker and the best-in-class restaurants & bars, is a well-  Rating: 4.6 · ‎11 luckyclub.live votes