Kamis, 06 November 2008

SKEMA PENDANAAN INDUSTRI KREATIF DISIAPKAN



JAKARTA-Pemerintah menyadari untuk mengembangkan industri kreatif tidak bisa hanya dengan mengandalkan pendanaan dari perbankan. Perlu pendanaan khusus yang difasilitasi oleh pemerintah. “Pembiayaan tidak hanya dari perbankan sebab perbankan belum terlalu mengenal industri kreatif. Pemerintah akan menarik stakeholder yang berpotensi dalam pembiayaan ini,” kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu seusai rapat koordinasi membahasa industri kreatif dan pembangunan daerah tertinggal, pada 29 Februari 2008.

Rapat dipimpin Menko Perekonomian Boediono yang dihadiri sembilan menteri, di antaranya Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Lukman Edi, Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal, serta Menteri Negara Komunikasi dan Informasi M Nuh.

Menurut Mari, yang memungkinkan diajak untuk kerja sama adalah dengan permodalan ventura serta penggunaan dana corporate social responsibility (CSR) BUMN. Namun, dia mengatakan, dua opsi ini masih perlu pembahasan lebih lanjut.

Mari memaparkan industri kreatif meski sudah lama berkembang di Indonesia namun pertumbuhannya tidak terlalu signifikan. Untuk itu, Departemen Perdagangan berkoordinasi dengan kementerian lainnya membuat rancangan pengembangan industri kreatif untuk menggenjot pertumbuhannya.

Mari sangat yakin perkembangan industri ini bisa melesat melihat minat yang kian besar terhadap industri ini. Terlebih pasar negara maju sangat terbuka terhadap industi kreatif. Konsumsi industri kreatif di negara maju mencapai 50 persen.
Pemerintah, dikatakan, menyiapkan rancangan pengembangan industri kreatif dalam tiga tahap, yakni jangka pendek (2008-2009), jangka menengah (2009-2015), dan jangka panjang (2009-2025).

Tahun-tahun belakangan, kita menyaksikan pelbagai kedahsyatan anak bangsa yang bermula dari kreativitas. Industri penerbitan dan percetakan, sebagai misal, menorehkan catatan prestasi penulis muda berbakat seperti Habiburrahman El Shirazy dan Andrea Hirata.

Melalui Ayat-ayat Cinta (AAC), Habiburrahman mendobrak sebuah industri yang selama ini kerap dipandang sebelah mata: penerbitan. Novel AAC laris manis, menerobos angka psikologis penjualan dalam kisaran setengah juta eksemplar. Diangkatnya AAC ke layar lebar dan penciptaan lagu-lagu ilustrasi menambah daftar kesuksesan dari perspektif industri kreatif.

Bisa dibayangkan betapa banyak pihak yang mendapatkan limpahan rezeki yang ''hanya'' bermula dari sebuah novel. Penerbit, percetakan, distributor, penjual eceran, musisi, penyanyi, pedagang musik rekaman, produser, artis dan kru film, bahkan penjaga tiket bioskop adalah beberapa contohnya.

Andrea Hirata adalah contoh kesuksesan serupa. Novelnya berjudul Laskar Pelangi menjadi best seller dan, sebagaimana AAC, dicetak ulang lebih dari 20 kali. Dan mulai 25 September 2008, publik dapat menyaksikan versi layar lebarnya. Sebuah rentetan kesuksesan yang secara jelas memberikan multiplier effect bagi perekonomian.

Multiflier effect industri kreatif sesungguhnya tidak dapat dipandang remeh. Menurut studi World Intellectual Property Organization (2008), kontribusi industri kreatif di Amerika Serikat mencapai 11,12% dari GDP dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 8,49%. Di Korea Selatan, kontribusi terhadap GDP-nya mencapai 8,67%. Dalam konteks negara berkembang, Filipina dan Meksiko juga mencatat persentase cukup tinggi dari sisi penyerapan tenaga kerja, lebih dari 11%.

Untuk Indonesia, studi Departemen Perdagangan (2007) menyebutkan bahwa pada periode 2002-2006, industri kreatif mampu menyerap tenaga kerja rata-rata sebesar 5,4 juta pekerja, dengan produktivitas mencapai Rp 19,5 juta per pekerja per tahun. Nominal ini ternyata lebih tinggi dari rata-rata nilai produktivitas nasional, yang mencapai kurang dari Rp 18 juta.

Habiburrahman El Shirazy dan Andrea Hirata adalah contoh success stories terkini industri penerbitan dan perfilman. Dalam konteks yang lain, industri fashion dan kerajinan merupakan kontributor utama dari sisi nilai ekspor periode 2002-2006, yaitu Rp 43,92 trilyun dan Rp 24,18 trilyun. Industri kreatif bahkan berada pada urutan keempat penyumbang teratas ekspor nasional, dengan nilai rata-rata Rp 69,58 trilyun.

Tak salah pula jika berharap bahwa kedahsyatan industri kreatif Indonesia akan menaikkan citra negeri dalam interaksi antarbangsa. Telah diterjemahkannya Ayat-ayat Cinta dan khususnya Laskar Pelangi ke dalam berbagai bahasa dunia, selain tentu saja bahasa Inggris, menunjukkan kualitas global karya cipta tersebut.

Berbagai capaian dan potensi ini diharapkan makin menaikkan derajat Indonesia di mata dunia. Pada saat ini saja, industri musik Indonesia mendominasi Malaysia. Bahkan musisi terkenal Malaysia, Amy Search, mengkhawatirkan kemungkinan Malaysia bermetamorfosis menjadi ''Jakarta'' (The Jakarta Post, 3 September 2008). Kita boleh bangga. Namun upaya pengembangan industri kreatif harus terus dikedepankan. Termasuk salah satunya dengan peningkatan kualitas perlindungan hak cipta.

Lebih jauh lagi, rencana pemerintah menjadi co-host the 2nd WIPO International Conference on Intellectual Property and Creative Industries di Bali, Desember mendatang, perlu mendapat dukungan. Upaya ini tidak saja akan memajukan industri kreatif dalam negeri, secara bersamaan juga makin mengangkat citra internasional.

Sumber: Gatra, Sinar Harapan

1 komentar:

zalinah aruf mengatakan...

SOLUSI MUDAH, CEPAT LUNASI UTANG ANDA, TANPA PERLU RITUAL, WIRIDAN, PUASA DLL. Anda tak perlu ragu harus tertipu dan dikejar hutang lagi, Kini saya berbagi pengalaman sudah saya rasakan dan buktikan, Atas bantuan pak ustad Insyaallah dengan bantuan dana hibah ghaibnya, semua masalah Ekonomi dan hutang saya terselesaikan dengan cepat. untuk konsultasi tata caranya silahkan >>>>>>>>KLIK SOLUSI TEPAT DISINI<<<<<<<<< karna nmr hp pak ustad tdak bisa di publikasikan sembarangan. terima kasih...